Tepatnya 3 tahun yang lalu, kuliner online mulai hadir di Delanggu, ditandai dengan masuknya aplikasi jasa berbasis online yakni Teknojek , aplikasi lokal yang merupakan besutan anak bangsa tersebut berkantor pusat di jakarta, satu dari sekian aplikator yang lolos dalam pertarungan pasar start up lokal kala itu, ditengah gempuran dan strategi bakar uang beberapa start up atau aplikator yang punya back up investor besar, maka sebagai start up yang baru muncul saat itu , terbilang Teknojek cukup menonjol dengan strategi intervensinya ke daerah daerah, hal tersebut bisa dilihat dari rekam jejaknya yang sempat berhasil memerahkan beberapa daerah di Indonesia, muncul dan memerah di Delanggu beberapa saat sebelum akhirnya tergeser oleh raksasa start up hijau.
Namun begitu setidaknya sejarah mencatat
Teknojek merupakan tongak awal dimulainya era online food di Delanggu.
Bahkan jejak jejak brandingnya pun masih bisa kita lihat di sekitar Delanggu sampai saat ini, sebuah kenangan manis yang menyisakan warna tersendiri.
Bahkan satu satunya startup yang menggunakan strategi festival online kuliner saat itu adalah Teknojek, jauh sebelum Gojek & Grab menancapkan taringnya di Delanggu.
Namun keberhasilan tersebut tidak bisa bertahan lama, karena pada akhirnya keberadaan Teknojek harus tersingkir oleh raksasa besar Gojek dengan fitur Go Food nya yang mulai merambah Delanggu, Ditambah management Teknojek yang kaku dan kurang peka dengan pergerakan dibawah maka mau tak mau aplikator tersebut harus gulung tikar dan dipaksa takluk di Delanggu, meskipun dibeberapa daerah masih sempat bertahan namun semenjak pihak management tak mengindahkan suara suara ujung tombak dibawahnya, maka berakhir sudah masa masa kemerahan dan kini yang tertinggal hanyalah kenangan.
Kini pasar online kuliner Delanggu sudah mulai menghijau semenjak layanan
Go Food dan Grab Food bisa diakses dan dimanfaatkan masyarakat dengan beragam kemudahan fasilitas yang ditawarkan.
Namun apakah keberadaanya akan bisa terus survive atau bakalan tenggelam juga,
Kita lihat saja kiprah dan rekam jejaknya nanti, dan biarkan masyarakat menentukan pilihan sesuai kemanfaatan masing masing, kiranya belajar dari pengalaman, semestinya para aplikator online bisa mempelajari dan berbenah agar tak terjerumus ke lobang yang sama.